Komunisme KRL
“Dilarang ternak tikus di rumah, dilarang ternak tikus di rumah…”, Tukang kelontong di KRL ekonomi jurusan Bogor-Depok, 27 November 2010
Assalamu’alaikum Wr Wb
“…jika bukan karena kecintaan saya pada orang-orang yang dahulu mencerca dan memaki-maki saya atasa nama kebaikan yang saya anut saat ini, entah ada dimana saya saat ini, bahkan untuk bangun dari tidurpun rasanya saya tidak berani…”
pernah saya sangat membenci manusia dan pernah pula saya berdiri di titik terendah dari sifat-sifat humanis tersebut. keadaaan yang mungkin untuk sebagian orang adalah biasa karena ini sesungguhnya tidaklah untuk diceritakan sebab rasanya ini pula “kebanggaan” untuknya.
seorang sahabat baru saja mengotak-atik kegelisahan saya. seorang sahabat yang baru saya akui belum lama identitasnya bagi diri saya sendiri, sekaligus senior yang dalam perjumpaan awal dengannya hanya kerutan-kerutan dahi yang bikin saya pegal dan menggerutu. Hingga tidak kuasa akhirnya beradu juga alis saya ini beberap kali karena merasa aneh dengan segala sikap dan ucapan datarnya.
singkatnya dia bilang, ” Kebahagiaan tertinggi seseorang salah satunya adalah pada saat ketertekanannya atas sakit hati yang ia alami namun saat itu juga ia menyadari bahwa sesungguhnya ia belum mati”.
rekan, saudara, dan orang-orang selalu berharap di bangun paginya dapat berjalan ke kamar mandi dengan leluasa…
kapan kita terakhir kali menyesal dan merasa semua yang terjadi begitu memihak anticita kita ?
siapa yang paling rapat sandarannya dengan kita saat pikiran ini begitu mandiri sampai tidak ada yang bisa memahami kecuali jalinan syaraf kita sendiri yang sebenarnya juga sudah kusut ?
dimana anda mengambil kerikil-kerikil yang kemudian anda lemparkan pada sebuah genangan air yang luas sebagai bentuk ketidakmengertian anda pada gerak bayangan anda sendiri saat berkaca pada genangan tersebut ?
pada sebuah titik akhirnya banyak yang menyadari kita tidak bisa hidup mandiri seperti ular, kadal, kura-kura dan, kebanyakan reptil lainnya yang memikul dalil kebebasan dan mabuk pada janji-janji romantisme historis…
“…jika bukan karena kecintaan saya pada orang-orang yang dahulu mencerca dan memaki-maki saya atasa nama kebaikan yang saya anut saat ini, entah ada dimana saya saat ini, bahkan untuk bangun dari tidurpun rasanya saya tidak berani…”
pernah saya sangat membenci manusia dan pernah pula saya berdiri di titik terendah dari sifat-sifat humanis tersebut. keadaaan yang mungkin untuk sebagian orang adalah biasa karena ini sesungguhnya tidaklah untuk diceritakan sebab rasanya ini pula “kebanggaan” untuknya.
seorang sahabat baru saja mengotak-atik kegelisahan saya. seorang sahabat yang baru saya akui belum lama identitasnya bagi diri saya sendiri, sekaligus senior yang dalam perjumpaan awal dengannya hanya kerutan-kerutan dahi yang bikin saya pegal dan menggerutu. Hingga tidak kuasa akhirnya beradu juga alis saya ini beberap kali karena merasa aneh dengan segala sikap dan ucapan datarnya.
singkatnya dia bilang, ” Kebahagiaan tertinggi seseorang salah satunya adalah pada saat ketertekanannya atas sakit hati yang ia alami namun saat itu juga ia menyadari bahwa sesungguhnya ia belum mati”.
rekan, saudara, dan orang-orang selalu berharap di bangun paginya dapat berjalan ke kamar mandi dengan leluasa…
kapan kita terakhir kali menyesal dan merasa semua yang terjadi begitu memihak anticita kita ?
siapa yang paling rapat sandarannya dengan kita saat pikiran ini begitu mandiri sampai tidak ada yang bisa memahami kecuali jalinan syaraf kita sendiri yang sebenarnya juga sudah kusut ?
dimana anda mengambil kerikil-kerikil yang kemudian anda lemparkan pada sebuah genangan air yang luas sebagai bentuk ketidakmengertian anda pada gerak bayangan anda sendiri saat berkaca pada genangan tersebut ?
pada sebuah titik akhirnya banyak yang menyadari kita tidak bisa hidup mandiri seperti ular, kadal, kura-kura dan, kebanyakan reptil lainnya yang memikul dalil kebebasan dan mabuk pada janji-janji romantisme historis…
0 Response to "Komunisme KRL"
Posting Komentar