Teori Pembangunan Dunia ke-Tiga: Definisi dan Parameternya

Konsep sebuah frase “negara dunia ke-tiga” sebenarnya sudah mengalami pergeseran makna yang cukup signifikan jika mengamati dari awal kalahirannya sebagai sebuah sikap negara-negara yagn tidak memihak pada salah satu blok ketika terjadi perang dingin antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat. Saat ini pemaknaan yang terjadi terhadap frase kata tersebut adalah sebuah atau pun kelompok negara-negara yang dinilai tertinggal, miskin, belum maju teknologinya, dan tergantung pada negara-negara yang sudah maju. Pemaknaan secara ekonomi inilah yang kemudian menimbulkan perdebatan anatar negara-negara berkembang dengan negara-negara maju terkait hubungan bilateral maupun multilateral.
Dengan demikian,  teori-teori pembangunan untuk dunia ke-tiga tentunya memiliki perbedaan (meskipun ada juga persamaannya) dengan teori-teori pembangunan bagi negara-negara adikuasa, karena persoalan yang dihadapinya berbeda. Bagi negara-negara dunia ketiga, persoalannya adalah bagaimana bertahan hidup, atau bagaimana meletakan dasar-dasar ekonominya supaya bisa besaing di pasar internasional, sementara bagi negara-negara adikuasa persoalanya adalah bagaimana melakukan ekspansi lebih lanjut bagi kehidupan ekonominya yang sudah mapan. Ada tiga kelompok teori yang akan dibahas dalam pembagunan negara-negara dunia ke-tiga, yaitu teori ini merupakan reaksi terhadap modernisasi, yang dianggap tidak mencukupi, bahkan menyesatkan.
Teori ketergantungan mula-mula tumbuh di kalangan para ahli ilmu sosial di Amerika Latin. Pengaruhnya kemudian meluas ke Eropa, Amerika Serikat, dan akhirnya Asia. Teori yang dipengarui oleh metode analisis Marxis ini, meskipun membantah beberapa tesis dasar Marxisme, menjadi bahan pembicaraan yang paling hangat pada dasawarsa 1960an dan 1970an. Pengaruhnya kemudian menurun dengan munculnya kelompok teori lain. Teori yang ketiga adalah kelompok teori-teori yang merupakan reaksi terhadapa teori ketergantungan. Teori-teori ini belum memiliki nama sendiri sebagai suatu kelompok, oleh karena itu sering disebut dengan teori pascaketergantungan. Di dalamnya mempelajari teori sistem dunia, teori artikulasi, dan sebagainya.
Pertama yang perlu dilakukan untuk memahami teori-teori pembangunan khususnya yang terjadi di negara-negara dunia ke-tiga adalah mengerti tentang apa itu yang dimaksud dengan pembangunan. Pembangunan sering diartikan sebagai usaha untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan warganya. Sering kali definisi tersebut merujuk kepada kemajuan yang bersifat material atau kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat di bidang ekonomi. Bagi masyarakat sebenarnya pembangunan pun tidak selamanya dimaknai dengan kemajuan atau hal-hal perubahan yang bersifat baik, contohnya adalah seringkali masyarakat mengalami penggusuran dan harus tinggal ke luar kota karena alasan sedang terjadi pembangunan di tempat tinggalnya yang lama. Kita masih sangat ingat betul program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah orde baru untuk memeratakan penduduk indonesia dan mentransfer penduduk pulau Jawa ke daerah di luar pulau Jawa, namun yang terjadi adalah banyak dari rencana tersebut yang dinilai gagal sebab kesejahteraan warga peserta transmigrasi justru menurun setelah pindah ke luar Jawa.
Arief Budiman mencontohkan satu hal lagi bagaimana pembangunan tidak jarang menimbulkan masalah yang kontradiktif dalam hal kebermanfaatannya. Contoh proyek-proyek pembangunan infrastruktur desa yang dilakukan secara bergotong-royong oleh seluruh warga desa melahirkan sebuah konsep trade off yang dapat menyulitkan masyarakat yang pada umumnya bekerja sebagai petani. Waktu yang seharusnya mereka gunakan tergantikan dengan kewajiban kerja sosial, padahal bagi para petani sehari saja tidak bekerja sama saja dengan sehari tidak ada pemasukan dan hal tersebut sangat mengganggu kelangsungan hidup mereka.
Setelah memahami definisi dan hakikat dari sebuah pembangunan, maka yang harus dipahami selanjutnya adalah bagaimana mengukur proses pembangunan tersebut, indikator apa saja yang dapat digunakan untuk menilai suatu negara pembangunannya berhasil atau tidak. (1) Kekayaan rata-rata, yaitu sebuah pengukuran pembangunan dalam arti pertumbuhan ekonomi. Sebuah masyarakat dinilai berhasil melakukan pembangunan, bila pertumuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi. Dengan demikian yang diukur adalah produktifitas masyarakat atau produktivitas masyarakat tersebut setiap tahunnya. Secara singkat, pembangunan disini diartikan sebagai jumlah kekayaan keseluruhan sebuah bangsa atau negara.
(2) Pemerataan, sebenarnya kekayaan keseluruhan yang dimiliki atau diproduksi oleh sebuah bangsa, tidak berarti bahwa kekayaan itu merata dimiliki oleh semua penduduknya. Bisa jadi sebagia kecil orang di dalam negara tersebut memiliki kekayaan yang berlimpah, sedangkan sebagian besar hidup dalam kemiskinan. Hal ini bisa menimbulkan ironi. Dalam hal pemerataan cara lain untuk mengukur ketimpangan pembagian pendapaan masyarakat adalah dengan perhitungan Indeks Gini. Indeks ini diukur dalam angka antara 0 dan 1. Bila Indeks Gini sama dengan 1, terjadi ketimpangan yang maksimal, bila 0, ketimpangan tidak terjadi. Jadi, semakin kecil Indeks Gini, semakin kecil ketimpangan pembagia pendapatan dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bangsa atau negara yang berhasil melakukan pembangunan adalah mereka yang disamping tinggi produktivitasnya, penduduknya juga makmur dan sejahtera secaar relatif merata.
(3) Kualitas kehidupan, cara lain untuk mengukur kesejahteraan penduduk sebuah negara adalah dengan menggunakan tolak ukur PQLI (Physical Quality of Life Index). Tolak ukur seperti ini diperkenalkan oleh Moris yang mengukur tiga indikator, yaitu rata-rata harapan hidup sesudah umur satu tahun, rata-rata jumlah kematian bayi, dan rata-rata prosentasi buta dan melek huruf. (4) Kerusakan Lingkungan, sebuah negara yang tinggi produktifitasnya, dan merata pendapatan penduduknya, bisa saja berada dalam sebuah proses untuk menjadi semakin miskin. Hal ini misalnya, karena pembangunan yang menghasilkan produktivitas yang  tinggi itu tidak memperdulikan dampak terhadap lingkungan. Lingkungan semakin rusak. Sumber-sumber alamnya semakin terkuras, sementara kecepatan bagi alam untuk melakukan rehabilitasi lebih lambat daripada kecepatan perusakan sumber alam tersebut. Dan yang terakhir adalah (5) Keadilan Sosial dan Kesinambungan.
Secara umum, setelah kita memahami rangkaian definisi dari apa itu pembangunan dan parameter untuk mengukur tingkat pembangunan tersebut pada sebuah negara, maka yang menjadi fokus perhatian saat ini adalah bagaimana kita mengukur pembangunan di tengah maraknya arus gelombang demokrasi dan tuntutan untuk melakukan liberalisasi di banyak sektor kehidupan bernegara. Satu hal juga yang menjadi tantangan bagi pemerhati teori saat ini adalah bagaimana memetakan dan menjelaskan pembangunan di fase perkembangan negara yang sedang berada di tengah transisi dari pemerintahan yang otoriter ke pemerintahan yang cenderung dihasilkan dengan cara-cara yang demokratis. Perlu ada tambahan parameter lagi untuk mengukur pembangunan yang terjadi pada negar-negara yang seperti itu meskipun tidak kita hilangkan model-model pembangunan dan parameter yang sudah ada seperti yang disebutkan oleh Arief Budiman dalam bukunya tersebut.
Hari ini dan mungkin esok kita tidak pernah akan tahu dengan pasti sampai kapan dikotomi dan label negara dunia ke-satu, ke-dua, ke-tiga akan terus ada. Negera-negara maju dan industri baru mulai bermunculan, sebut saja China, Rusian Brazil, dan India. Negara-negera tersebut sudah mulai mentransformasikan dirinya pada negara mapan meski tren positif tersebut belum bisa dikatakan dengan tepat. Pemikiran akan terus berkembang seiring dengan perubahan zaman, teori dan paraemeter pembangunan pun bisa saja tidak relevan lagi, namun satu hal yang pasti adalah bahwa selama masih ada kesenjangan sosial, ketimpangan keadilan, distribusi, dan kualistas serta penguasaan teknologi dan sumber daya alam tiap negara masih berbeda-beda, selam itu pula pembangunan sebuah bangsa akan terus dilakukan dan teori-teori ini setidaknya akan tetap digunakan meski dengan segala varian barunya.

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Teori Pembangunan Dunia ke-Tiga: Definisi dan Parameternya"

Posting Komentar