Arah dari Akhir Sebuah Sejarah


Kritik terhadap perubahan politik yang diakukan oleh Francis Fukuyama di akhir tahun 1989 dalam bentuk esay dan dilanjutkan pada tahun 1992 dalam elaborasi sebuah buku, tidak hanya merupakan prediksi perkembangan konstelasi politik pacaperang dingin di satu sisi, namun juga bagaimana modernisasi selanjutnya terjadi. Sebuah tesis terkenal dari Fukuyama yang mengatakan bahwa akhir dari sebuah sejarah adalah kemenangan ideologi kapitalisme terhadap komunisme seperti yang terjadi di akhir tahun 1990an rupanya sedikit menjelaskan akan kebenaran tesis-tesis dari para pemikir politik klasik terdahulu—Marx dan Engels—bahwa kehancuran masyaakat akan nampak ketika para pemilik modal dan kaum borjuis keluar sebagai “yang paling kuat” di tengah kerimbaan hukum kehidupan. Namun, yang menarik pascakejadian tersebut adalah pemikiran Marx dan Engel yang sedikit berkemiripan untuk menyatakan bahwa tingkat produksi yang tinggi pada akhirnya akan membuat kuburan bagi kaptalisme itu sendiri.
Ada dua hal setidaknya yang menjadi kritik besar para pemikir politik abad ini (termasuk Fukuyama) terhadapa hegemoni ideologi iberalisme—dengan ideologi turunannya seperti kapitalisme dan demokrasi—yang menjadi kekuatan tunggal setidaknya sampai saat ini. Pertama adalah arah dari perkembangan liberalisme itu sendiri dalam kaitannya dengan modernisasi. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa penghilangan batas-batas suatu negara tidak hanya menghilangkan identitas dan rasa memiliki suatu bangsa dari kebanyakan orang di dunia ini, tapi juga bentuk pola hubungan antara negara-negara berkembang yang masih sangat bergantung dengan negara-negara maju tanpa disadari ternyata adalah sebuah hubungan imperialisme modern. Di sisi dapat disimpulkan bahwa tesis Marx telah gagal untuk mengatakan kapitalisme akan mati seiring perkembangan tingkat produksinya yang tinggi, saat ini justru yang ada hegemoni tersebut semakin kuat dan kapitalisme lebih dipercaya dapat mensejahterakan dan membawa kemajuan bagi perekonoomian sebuah negara (lihat kasus China).
Kritik yang kedua dan sedang menjadi pembahasan hangat saat ini adalah hubungan dunia Barat yang diwakili oleh paham liberaisme dengan dunia Timur yang diwakili oleh Islam seabagi ideologi. Meletusnya peristiwa 911 tahun 2001 lalu telah mengisyaratkan setidaknya juga menimbulkan kekhawatiran dari para penganut liberal bahwa kemenangan yang mereka rasakan sebagai ideologi tunggal dalam kurun waktu 10 tahun terakhir rupanya belum benar-benar menuggal pascaterjadinya peristiwa 911 tersebut. Islam mulai kembali terlihat eksistensinya dalam mengkritisi, melawan, dan menentang arus modernisasi yang banyak membawa perubahan negatif di masyarakat. Gerakan-gerakan fundamental pun telah memberikan isyarat bahwa ada sebuah harapan akan kebangkitan kembali Islam dalam sebuah pemerintahan global maupun tegaknya kembali syariat dalam kehidupan bermasyarakat. Pertanyaannya adalah apakah liberalisme masih benar-benar mendapatkan hegemoninya setelah  maraknya kelahiran kembali gerakan-gerakan Islam yang menetang dan menawarkan perubahan layaknya komunisme menetang liberalisme dahulu ? apakah Islam mampu mengakhiri sejarah di tengah ketidakpastian dan banyaknya kritk terhadap liberaisme, sejauh mana peluangnya ?.

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Arah dari Akhir Sebuah Sejarah"

Posting Komentar