Libertarianisme di Tengah Komunitarianisme


Komuitarianisme yang muncul di awal abad ke-20 sebagai jawaban atas terjadinya krisis ekonomi dunia (Malaise tahun 1930an), nampaknya tidak benar-benar memusuhi varian dari liberalisme yang dianggapnya telah gagal menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat, seperti pasar, kebebasan individu, peran negara yang minimal (minimal state). Misalnya saja John M. Keynes yang mengajukan konsep negara kesejahteraan—yang setidaknya menganggap perlu campur tangan negara dalam memberikan tunjangan sosial masyarakat—tidak pula benar-benar mengabaikan varian liberalisme seperti yang diungkapkan sebelumnya. Keynes tetap menilai bahwa individu adalah salah satu faktor yang penting di dalam pembangunan dan punya tempat serta peranya sendiri di dalam masyarakat yang komunal.
Dua terminologi libertarian dan komunitarian pada dasarnya adalah sebuah hubungan kontradiktif yang saling menegasikan satu sama lain, meski awal kemunculan mana yang lebih dahulu masih menjadi perdebatan, setidaknya ada beberapa hal menarik dari hubungan keduanya pada saat ini. Di Amerika Serikat yang sering disebut sebagai negara yang paling liberal sekalipun, tetap mengupayakan hak-hak positif terkait kesejahteraan masyarakatya seperti jaminan akan pendidikan dan kesehatan warganya. Di Eropa yang dikenal sebagai kawasan sosialis demokrat atau cenderung pada negara kesejahteraan (welfare state) rupanya juga dalam beberapa hal tetap sangat menjunjung adanya kebebasan individu dan ranah-ranah privat tertentu yang tidak bisa dicampuri urusannya oleh negara, seperti masalah agama dan kebudayaan.
Artinya adalah bahwa sebenarnya tidak ada negara atau masyarakat yang benar-benar liberal atau benar-benar komunitarian pada saat ini. Keduannya saling melengkapi di dalam masyarakat yang menganut paham sosial demokrat maupun masyarakat liberal murni seperti di Amerika Serikat. Tanggung jawab sosial dan kebebasan individu akan terus bergelut meski kemenangan ideologi liberalisme atas komunisme telah nampak 20 tahun yang lalu. Seperti di dalam sebuah pertangdingan sepak bola, sebuah kerja pada dasarnya dilakukan secara tim (komunal) yang di dukung oleh kemampuan tiap individu untuk melakukan fungsinya masing-masing. Libertarianisme tetap ada meski di dalam masyarakat yang komunis sekalipun. Tinggal saat ini adalah permasalahan mana yang lebih diberikan perhatian lebih dan bagaimana hubungan antara negara dan individu terjadi.
Walaupun begitu, saya menilai bahwa hidup bernegara adalah hidup yang dilandasi oleh penyerahan kedaulatan kita untuk mau diatur dan diserahkann pada otoritas yang lebih besar guna mencapai tujuan-tujuan bersama, individu sebagai objek sekaligus subjek punya posisi dan logikannya sendiri, negara tidak bisa mengabaikan dan sepenuhnya “menyetir” masyarakat, atau disebut juga libertarian di tengah komunitarian. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah sebenarnaya siapakah yang membentuk sebuah karakter, cara pandang dan berfikir, apakah individu yang membentuk masyarakat seperti ungkapan para kaum liberal, atau masyarakatlah yang membentuk individu seperti yang dikatakan oleh kaum soisalis dan komunis ? sejauh mana komunitarianisme dapat hidup di masyaraat yang sangat liberal seperti Amerika Serikat ?. 

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Libertarianisme di Tengah Komunitarianisme"

Posting Komentar