Jalan Panjang Hubungan Ekonomi, Masyarakat, dan Negara
Jalan Panjang Hubungan Ekonomi, Masyarakat, dan Negara
Banyak para ekonom sepakat bila sistim perekonomian yang baik itu adalah yang mampu membawa kepada keefektifan dan kesejahteraan bersama. Sejak kelahirannya dari masa klasik hingga saat ini, sistim ekonomi senantiasa berdialektika dengan tiga komponen utama dalam hidup bermasyarakat, yaitu negara, jaminan kesejahteraan, dan masyarakat itu sendiri. Namun jika mau dicermati secara seksama, dalam perjalanan sejarahnya yang panjang itu setidaknya benturan antara kapitalisme dan komunismelah yang paling banyak membawa cerita dan pengaruh, setidak-tidaknyanya menjadi orang tua dari lahirnya sosialisme demokratik yang saat ini lebih dikenal dengan welfarestate atau negara kesejahteraan yang banyak dianut oleh banyak negara di Eropa, khususnya negara-negara Skandinavia.
Perjalanan panjang menuju bentuk yang ideal dan benar-benar dapat mewujudkan masyarakat yang sejahtera ini mungkin bisa diawali ketika kita bicara mengenai merkantilisme pada abad 17 dan 18. Dari asumsi sederhana bahwa pengakumulasian kekayaan melaui emas oleh negara untuk pembiayaan perang dan sebagainya, rupanya juga mendorong pada apa yang kita kenal dengan proteksionime, sebuah tindakan melindungi produksi dalam negeri dari produsi yang berasal dari luar negeri. Sistim merkantilisme ini jugalah yang banyak mendorong terjadinya imperialisme bangsa Barat terhadap bangsa Timur yang banyak mempunyai sumber daya alam khsusnya logam mulia seperti emas dan perak. Pada tahun 1776 sistem ekonomi ini mengalami koreksi yang cukup frontal dan memulai pada fasenya yang kita kenal dengan fase ekonomi modern setelah terbitnya sebuah buku berjudul The Wealth of Nation.
Adam Smith sebagai seorang yang menulis buku fenomenal di atas, menilai bahwa negara tidak boleh lagi melakukan intervensi dan campur tangan seperti mengeluarkan kebijakan proteksionime untuk melindungi ekonomi dalam negeri, sebab ia menilai bahwa mekanisme pasar merupakan susunan alamiah yang mengatur sendiri. Ekonomi akan baik jika masyarakat diberikan kebebasan dan pasarlah yang menetukan harganya atau disebut Laissez-Faire. Akhirnya, dari pandangan Adam Smith yang pragmatis tersebut melahirkan revolusi industri dan masa keemasan kapitalisme.
Selanjutnya kekhawatiran mulai muncul seiring kemajuan kapitalisme itu sendiri, yaitu permasalahan stagnasi upah dan adanya pertentangan kelas anatara para pekerja dengan para pengusaha. Disinilah mulai lahir faham ekonomi baru sebagai antitesis sistim sebelumnya yang dianggap juga menyisahkan banyak kekurangan dan penderitaan. Adalah Karl Marx seorang pemikir yang menilai bahwa buruh rupanya telah teralienasi dari produksinya sendiri dan para borjuasi di sisi sebaliknya secara terus menerus mengakumulasi modal dari hasul jerih payah kelas buruh tadi. Pusat dari ilmu ekonomi Marx adalah teori nilai tenaga kerja. Marx menyadari bahwa dalam sistim kapitalisme yang begitu kompetitif, harga pasar tidak perlu sama dengan nilai tenaga kerja karena pemilik modal menerima kelebihan pendapatan diatas biaya tenaga kerja, yang disebut dengan nilai surplus.
Eksploitasi buruh semakin tidak terhindari dan wacana untuk mewujudkan masyarakat tanpa perbedaan kelas semakin mencuat. Secara singkat, meski Marx telah melakukan prediksi akan kehancuran kapitalis secara dirinya sendiri, ketika terjadi depresi ekonomi tahun 1930an, ternyata kapitalisme lebih gesit dan resisten dari yang dikira. Keynes dengan teori ekonomi campurannya telah membuat para pecinta Marxisme gigit jari. Ilmu ekonomi telah mencapai kemajuan yang pesat. Di Jepang, Eropa, Amerika, pascadepresi tersebut rupanya semakin menjadi negara yang maju perekonomiannya setelah banyak melakukan inovasi produksi, penjamianan kesejahteraan para buruh, dan perencanaan dalam perekonomian meski pasar tetap memainkan peranannya yang dominan.
Perjalanan selanjutnya kita akan membahas kritik-kritik modern dalam sistim ekonomi, dan yang terkenal sampai saat ini adalah aliran Chicago. Kelompok ini menekankan pada pentingnya peran negara yang minimal. Pencetusnya diantaranya adalah Frank Knight, Henry C. Simons, Milton Friedman dari Universitas Chicago, dan ekonom Friedrich Hayek dari Austria. Mereka menekankan bahwa pengendalian sewa sering menimbulkan kesulitan perumahan, pengendalian harga bensin akan menimbulkan antrian panjang di pompa bensin, bahwa adanya serikat buruh akan menaikkan upah dan harga disektor industri bersangkutan.
Lalu selanjutnya juga ada yang disebut aliran harapan rasional. Mereka beranggapan bahwa kebijakan makro ekonomi sistematis untuk memerangi pengangguran hanya akan berakhir inflasi. Menurut mereka, lebih baik diterapkan kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat pasif, daripada seseorang secara sia-sia berusaha mengencangkan setiap simpul dan perubahan penting pada siklus bisnis. Kritikan tajam rupanya juga datang dari golongan kiri, meski sampai saat ini para pengkritik ini jumlahnya sudah sangat sedikit. Dulu kita kenal ada nama-nama seperti Marx, Engels, Lenin, sampai Proudhon, namun saat ini yang terkenal adalah John K. Galbraith. Salah satu pandangannya adalah bahwa perekonomian sekarang dikendalikan oleh birokrasi, bukan oleh pasar persaingan sempurna.
Bahasan terakhir dari review ini adalah tentang sistim ekonomi alternatif. Kita tahu bahwa ramalan gagal terhadap kapitalisme sebelumnya yang diprediksi akan mati cepat disebabkan oleh kemampuan dari kapitalisme itu sendiri untuk berinovasi dan menerapkan sistim ekonomi campuran, setidaknya cukup untuk melegitimasi sampai saat ini bahwa kapitalismelah pemenang dalam benturan dengan para pengkritiknya terdahulu. Sepanjang penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat dua sistim ekonomi dan satu sistim ekonomi alternatif baru yang lumayan besar di dunia yang pernah digunakan atau dianut oleh banyak negara, yaitu perekonomian pasar, marxisme-sosialisme, dan perekonomian terpimpin gaya Soviet.
Lebih jauh terkait perseturan sistim ekonomi yang pernah ada di dunia ini adalah masalah perlu tidaknya atau sejauh mana peran negara dalam ikut campur mengelola perekonomian. Inilah dilema sebenarnya yang banyak diperdebatkan oleh orang-orang dimanapun. Pertama adalah sistim ekonomi pasar. Pada sistim ini, perbuatan orang yang utama dan sukarela adalah untuk memperoleh uang atau kepuasan pribadi. Walaupun kekuatan ekonomi setiap individu berbeda, namun sifat hubungan antara perusahaan dan pribadi adalah jorizontal, sukarela dan tidak ada hierarki.
Kemudian sistem yang kedua adalah perekonomian terpimpin atau komando. Pada sistim ini, keputusan-keputusan dibuat oleh birokrasi pemerintah. Pada pendektan ini orang dihubungkan oleh hubungan vertikal, dan pengendalian dilakukan oleh sebuah hierarki berbagai tingkat. Masyarakat dan negara manapun boleh menggunakan masing-masing sistim tersebut, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, sebab saya kira benar apa yang dikatakan oleh seorang politikus China yang terkenal, Deng Xiao Ping, bahwa kehebatan seekor kucing itu bikanlah dilihat dari warna bulunya, tapi dari kemampuannya menangkap kucing. Apapun sistemnya, yang punya kebaikan lebih pada kesejaterakan rakyatlah yang akan digunakan.
0 Response to "Jalan Panjang Hubungan Ekonomi, Masyarakat, dan Negara"
Posting Komentar