Teori Diskursus dan Politik

Teori Diskursus dan Politik[1]
Ide tentang diskursus seperti telah dibangun dalam pendekatan kontemporer pada analisis-analisis politik, memiliki akar yang jauh dan merupakan sesuatu yang masih sulit untuk dipahami (transcendental) dalam filsafat modern. Tipe pokok analisis ini tidak serta merta ditujukan kepada fakta-fakta, namun lebih kepada kondisi-kondisi yang memungkinkan. Dasar hipotesis pendekatan diskursif adalah sangat memungkinan adanya persepsi, pemikiran, dan aksi, tergantung pada struktur sebuah ranah yang nyata sebelum keberadaan hal faktualnya. Sebuah penyelidikan transendental sebagai sebuah investigasi kondisi kemungkinan pengalaman dimulai pada awalnya oleh Kant.
Kontribusi teori diskursus dalam ranah politik adalah membahas lebih jauh tentang konsep kekuasaan (power). Sebuah konsep yang banyak dibicarakan dan menjadi salah satu konsep dasar dalam ilmu politik. Penerapan kekinian tentang hal tersebut sering dijumpai pada teori pasca-strukturalis. Kecendrungan hal tersebut juga bisa dilihat pada pemikiran Laclau dan Mouffe, Dua aspek tradisi pasca-strukturalis sangat penting dalam sebuah formulasi pendekatan terhadap pusat kekuasaan politik dalam kategori hegemoni, salah satunya adalah gagasan diskursus sebagai sebuah totalitas berarti (meaningful of totality) yang melebihi perbedaan antara linguistik dan ekstra-linguistik, atau uraian hubungan antara yang menandakan (signifier) dan yang  ditandai atau konsep (signified). Perjuangan diskursif tentang cara memperbaiki sebuah signifier yang berarti seperti “demokrasi”. Perbaikan parsial dari hubungan antara signifier dan signified inilah yang kemudian disebut dengan hegemoni. Hegemoni adalah sebuah teori pengabilan keputusan dalam sebua ranah yang sulit untuk diputuskan (undecidable).
Banyak ilmuan politik yang terus mengembangkan tentang teori diskursus ini. Mulai dari Laclau, Zizek, hingga Foucault. Sebagai sebuah hasil, gagasan pasca-marxisme dari Laclau dan Moffe mengancam akan keruntuhan ideologi hegemoni dengan jalan menguasai blok nilai yang mereka gambarkan dan perhatikan secara natural atau universal dan pembenaran-pembenaran meliputi perempuan, kelompok Afro Amerika, gay, kelompok kelas pekerja, partai-partai politik, organisasi, atau pergerakan. Sebenarnya ketika mereview bahan bacaan ini saya menemui kendala dalam hal pemahaman konsep-konsep diskursus, derifatif, pasca-marxisme, dan beberapa teori lain yang disebutkan dalam bacaan tersebut seperti teori dari Faucault, juga konstruksionis dari Derrida. Mungkin hal itu karena kebahasaan saya yang tidak terlalu baik dalam menterjemahkannya. Jadi, pertanyaan yang ingin saya paparkan selain penjelasan terkait konsep-konsep di atas adalah apa hubungan masing-masing teori tersebut, khususnya teori hegemoni dengan pasca-marxisme itu sendiri ?



[1] Ernesto Laclau, Chapter 27 “Discourse”, Bahan bacaan Kulliah Pemikiran Politik Kontemporer, tanggal 28 Februari 2011, hal. 541-5547

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Teori Diskursus dan Politik"

Posting Komentar