Islam, Terorisme, dan Perjuangan Kelas
Globalisasi secara sederhana sering dimaknai dengan pisau kemajuan yang dapat membawa pada perubahan keadaan—sosial, ekonomi, politik, bahkan ketertinggalan dan ketimpangan—masyarakat yang pada kenyataan empiriknya selalu punya dua mata, positif dan negatif. Ketika batas-batas geografis dan administratif antar masyarakat dan negara menjadi semkain kabur (pseudo-border) disusul dengan lunturnya identitias karena desakan global unutk memasyarakatkan manusia menjadi satu identitas yang sama budaya dan cara pandangnya—sebagian masyarakat—khususnya di dunia Islam, masih melakukan “perlawanan” terhadap hal-hal dampak maupun muatan yang dinilainya negatif. Meski banyak juga dari kelompok lain seperti etnis yang terus giat menggalakkan perlawaan terhadap arus Barat tersebut, nampaknya kelompok agama yang kali ini diwakili Islamlah yang setidaknya lebih terlihat kesungguhan dan pertentangannya hingga pada titik-titik tertentu sering dianggap sebagai gerakan ekstrimis, bahkan teroris.
Perlu disadari terlebih dahulu bahwa gerakan ini adalah gerakan partikular, bukan mewakili umat Islam seluruhnya di dunia. Benjamin Barber dalam tulisannya (Jihad Vs McWorld) menilai bahwa gerakan yang dilakukan oleh sebagain Muslim fundamental sebagai suatu denasionalisasi, yaitu lawan dari uniformitas dan universalitas yang bersifat menyeragamkan masyarakat. Selanjutnya diistilahkan dengan “Jihad” melawan “McWorld”. Hubungan kedua istilah ini bukan lagi sebuah hubungan kontradiksi dan upaya saling mereduksi, tapi sebuah perjuangan eksistensi sebuah kelompok keagamaan yang partikular dalam rangka mempertahankan nilai-nilai yang dipercaya dan dibawanya selama ini. Hal ini dimengerti demikian sebab jumlah dan dukungan dari orang-orang yang sama indentitas keagaamannya sangat sedikit dan ada pula yang justru menilai “salah” pada kelompok-kelompok fundamental tersebut.
Sempat terlintas dalam pikiran penulis bahwa ini adalah gerakan melawan liberalisme (layaknya kelas pekerja) yang dimotori oleh kelompok keagamaan dengan alasan-alasan yagn sangat fundamental dan berkaitan dengan faith sehingga arah dan pengorbanan yang dilakukan seperti sebuah harga mati yang tidak bisa tidak dilakukan. Bahkan dalam pengertian luas, Benjamin Barber memaknainya sebagai perjuangn suci dan tugas mulia, meski cara-cara yang dilakukannya sering menuai kecaman dari dunnia Islam sendiri. Sekilas jika dikaitkan dengan perjuan kelas pekeja memiliki persamaan musuh dan objek yang ditentangnya (liberalisme dengan segala paham turunannya). Meski tujuan dan cara pandang perjuannya berbeda, Jihad dan kelas pekerja menilai liberalisme adalah buruk dan sumber kehancuran masyarakat, maka pelawanan unutk menghilangkan liberalisme adalah sebuah keharusan dan nafas perjuangan. Pertanyaannya apakah setelah perjuanan kelas pekerja di dunia terbukti gagal menghapuskan kelas borjuasi yang ada dalam masyarakat—setelah lahir gerakan “pemberian kesejahteraan”—Jihad pun akan menuai akhir perjuangannya yang sama dengan kelas pekerja tersebut ? apakah kemunculan gerakan raadikalisme atau fundamental ini (sering disebut teroris) adalah juga merupakan gerkan yang dimotifkan pada masalah ekonomi seperti layaknya perjuangan kelas pekerja ? sebagai sebuah motif lain setelah faith.
0 Response to "Islam, Terorisme, dan Perjuangan Kelas"
Posting Komentar